JurnalPost.com – Mengajar memang merupakan pekerjaan mulia, namun banyak tanggung jawab yang harus diperhatikan oleh guru. Ada pepatah Jawa yang mengatakan bahwa pengertian guru itu Digugu dan ditiru, artinya guru bukan hanya sekedar sumber belajar tetapi juga teladan sifat-sifat yang nantinya akan ditiru/ditiru oleh murid-muridnya. Oleh karena itu, untuk menciptakan guru yang dapat menjadi teladan yang baik bagi siswanya, guru juga mempunyai pedoman sikap dan perilaku yang baik, salah satunya adalah kode etik guru. Kode etik guru memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang baik, sehat, dan mendukung perkembangan afektif, psikomotorik, dan kognitif peserta didik. Namun sejauh ini perhatian terhadap kode etik masih kurang, dan dalam banyak kasus kita melihat tingkat kepatuhan guru terhadap kode etik guru masih relatif rendah. Mungkin perlu ditelusuri mengapa hal ini terjadi, apakah ada faktor yang mempengaruhinya.
Maka dalam hal ini diidentifikasi beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab rendahnya tingkat kepatuhan terhadap kode etik guru, serta ditentukan dampaknya terhadap sistem pendidikan. Diantara yang lain:
Kurangnya pengetahuan tentang kode etik: saat ini banyak guru yang belum mengetahui sepenuhnya isi kode etik yang mengatur profesinya. Pelatihan yang tidak memadai atau kurangnya pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip etika/kode etik oleh guru dapat menyebabkan ketidakpatuhan lebih lanjut, yang nantinya akan dianggap sebagai suatu kebetulan. Untuk mengatasi hal tersebut, guru dapat meningkatkan rasa adaptasinya terhadap lingkungan dan meningkatkan rasa sosialnya.
Beban kerja yang relatif berat: Banyak orang mengatakan bahwa guru seringkali dihadapkan pada beban kerja yang relatif berat, antara lain tugas mengajar, menilai siswa, dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Beban ini dapat menyebabkan guru lalai atau mengabaikan prinsip-prinsip kode etik guru, apalagi jika merasa terlalu sibuk atau stres. Adapun cara mengatasinya, langkah pertama yang harus dilakukan guru adalah mengetahui batas kemampuannya dan tidak terlalu menuntut pekerjaan yang bukan fungsi utamanya.
Kondisi lingkungan sekolah yang kurang mendukung: Sekolah merupakan tempat dimana para guru bekerja setiap hari, sehingga lingkungan sekolah yang kurang mendukung, termasuk kurangnya dukungan dari pihak administrasi atau kurangnya sumber daya, dapat menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku guru. Ketidakpastian terhadap pekerjaan dan perasaan tidak dihargai dapat menimbulkan perilaku tidak etis. Untuk mengatasi hal tersebut, guru diharapkan dapat menjaga interaksi dan meningkatkan rasa kekeluargaan dan keharmonisan di lingkungan sekolah.
Masalah kepentingan pribadi atau umum: Banyak guru mungkin menghadapi masalah kepentingan antara tanggung jawab penyediaan materi (pengajaran), kewajiban keluarga dan berbagai tuntutan lainnya. Situasi dan kondisi seperti itu juga dapat menimbulkan penyimpangan etika, apalagi jika kepentingan pribadi guru bersaing dengan kepentingan profesionalnya. Hal ini dapat diatasi dengan mengetahui terlebih dahulu tingkat kepentingan yang harus diprioritaskan terlebih dahulu dan adil antara kepentingan pribadi dan kepentingan sosial.
Kurangnya sanksi/hukuman atau pengawasan yang lebih efektif: ketidakpatuhan terhadap kode etik guru salah satunya adalah seringkali tidak diikuti dengan sanksi atau pengawasan yang bersifat suportif. Konsekuensi yang rendah dapat mengurangi insentif guru untuk mematuhi prinsip-prinsip etika. Mungkin dengan bertambahnya sanksi, guru bisa lebih memperhatikan kode etik guru.
Rendahnya kepatuhan terhadap kode etik guru dapat berdampak serius terhadap mutu pendidikan di sekolah. Hal ini dapat menciptakan lingkungan belajar yang tidak kondusif, merusak citra sekolah dan dapat membahayakan perkembangan siswa. Peningkatan kepatuhan terhadap kode etik guru memerlukan upaya bersama antara pihak sekolah, pemerintah dan individu guru. Seperti pelatihan yang lebih baik, mendorong kondisi lingkungan kerja yang lebih baik dan proses penerapan sanksi yang konsisten yang akan membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih etis dan idealnya mendukung pertumbuhan siswa.
Penulis: Alphat Adi Pratama
Murid
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah
Fakultas Tarbiyah dan keguruan
Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Temanggung
Quoted From Many Source